Kompilasi Pena

Cara Merawat Mata dari Radiasi Komputer

Merawat Mata Dari Radiasi Komputer
Akhir akhir ini saya merasa mata ini mulai terasa kabur kalo melihat jauh. Padahal dulunya kalo melihat benda jauh masih sangat jelas. Mungkin ini salah satu efek dari radiasi komputer. Tapi tidak bisa mengeluh juga, karena dalam pekerjaan sehari-hari saya menuntut harus didepan komputer selama berjam jam.Langsung saja cek it dot merawat mata.

Saya merasa anda juga pasti mengalami hal yang sama bukan? Bahkan ada anak tetangga saya umurnya masih 10 tahun tapi sudah pake kacamata memprihatinkan sekali kan makanya kali ini saya akan mencoba untuk membagikan sedikit trik kepada anda semua bagaimana cara merawat mata agar selalu dalam keadaan sehat.

merawat mata dari radiasi komputer, radiasi komputer, merawat mata, Kompilasi Pena

Berikut tipsnya sobat :
  1. Coba pasang filter pada monitor komputer anda. Filter ini berfungsi untuk menahan radiasi agar tidak sampai ke mata.
  2. Pilihlah monitor yang berbentuk LCD / plasma karena monitor ini dipercaya lebih baik daripada monitor yang model lama.Jika anda punya cukup uang, bisa membeli VGA yang bagus agar warna monitor tidak melelahkan mata.
  3. Jagalah jarak mata anda dengan monitor komputer idealnya jarak mata ke komputer adalah 30 cm.
  4. Taruhlah monitor sejajar dengan mata anda, jangan terlalu rendah dan jangan terlalu tinggi.Usahakan saat anda melihat komputer rasanya enak dan nyaman.
  5. Atur warna pada layar monitor sehingga enak dipandang mata jangan terlalu terang karena dapat menyebabkan mata anda menjadi silau juga jangan terlalu gelap, karena akan menyebabkan mata anda bekerja terlalu keras sehingga membuat mata menjadi cepat kering.
  6. Atur screen refresh rate menjadi 75 htz.. Caranya jika anda pakai windows XP klik kanan pada desktop-properties-setting-advanced-monitor-lihat kolom screen refresh rate atur menjadi 75 htz.
  7. Sesering mungkin kedipkan mata. Karena dengan kita mengedipkan mata, akan merangsang kelenjar airmata untuk mengeluarkan air mata yang berfungsi membuat mata menjadi basah dan lembab. Jika anda jarang mengedipkan mata, maka mata akan menjadi kering. Jika dipaksakan terus mata akan menjadi sakit dan akhirnya memerah.bila perlu anda bisa membeli obat tetes mata untuk membuat mata selalu dalam keadaan basah.
  8. Anda bisa membeli semacam kacamata yang bisa anda pakai pada saat menggunakan computer.
  9. Perhatikan cahaya disekitar ruangan tempat anda menggunakan komputer usahakan ruangan cukup pasokan cahaya jangan menggunakan komputer di ruangan yang gelap (tidak cukup cahaya).
  10. Setelah penggunaan komputer dalam jangka waktu yang lama, istirahatkan mata minimal 15 menit anda bisa melihat lihat keluar ruangan untuk menyegarkan mata usahakan untuk melihat objek yang berwarna hijau seperti pepohonan dan daun daunan karena menurut para peneliti, warna hijau mampu membuat mata kembali segar.
  11. Perbanyak konsumsi makanan yang menandung vitamin A seperti wortel. Juga rajinlah untuk memeriksakan mata ke dokter mata untuk mengetahui adanya gangguan pada mata.jika mata benar benar sudah terasa tidak enak, jangan malu untuk menggunakan kacamata 
     Demikian sedikit tips dari saya.semoga setelah anda menerapkan tips ini dapat membuat kesehatan mata anda lebih terjaga.

    Mulai sekarang sayangilah mata anda.Karena ini merupakan anugrah yang diberikan kepada tuhan. Bayangkan jika anda tidak bisa lagi menikmati indahnya alam.Harta bisa dicari tapi kesehatan tidak bisa dibeli.
    Demikianlah sekedar tips dari saya semoga bisa bermanfaat buat anda

    Sumber :
    http://www.oktri.co.cc/2010/11/tips-merawat-mata-dari-radiasi-komputer.html

    Tips Membangun dan Membina Rumah yang Islami

    Dalam membangun rumah yang baik, sering orang menggunakan Feng Shui yang berasal dari budaya Cina. Padahal tidak semuanya selaras dengan ajaran Islam. Jika keliru, mungkin bisa terjerumus dalam kemusyrikan karena mempercayai adanya kekuatan selain Allah yang bisa menyelamatkannya.
    Dalam membangun rumah yang Islami, sebetulnya dalam Islam ada beberapa petunjuk untuk itu. Di antaranya:

    Tetangga yang Baik
    Pilihlah rumah di antara tetangga yang baik (kecuali jika anda adalah da’i yang ingin melakukan perbaikan). Sebab jika tetangga anda tidak baik, maka hidup anda akan merasa kurang nyaman. Bayangkan jika tetangga anda adalah preman, pezina, atau pemabuk.

    Pilihlah tetangga (lihat calon tetangganya atau lingkungannya dulu) sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat (bepergian).
    (HR. Al Khatib)

    Nabi Saw berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk di tempat pemukiman. Sesungguhnya tetangga-tetangga orang-orang Badui suka berpindah-pindah.”
    (HR. Ibnu ‘Asakir)

    Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (rumahnya).
    (HR. Ath-Thahawi).

    Usahakan agar tetangga anda cukup makannya:

    Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.
    (HR. Al Bazzaar)

    Hendaknya rumah cukup luas (tidak terlampau luas, tapi juga tidak terlampau sempit).
    Di antara kebahagiaan seorang muslim ialah mempunyai tetangga yang shaleh, rumah yang luas dan kendaraan yang meriangkan.
    (HR. Ahmad dan Al Hakim)

    Rumah yang terlampau luas, misalnya 400 m2 lebih, cenderung menghasilkan ”Rumah Gedong” di mana tetangga satu tidak kenal dengan tetangga lainnya. Para penghuni masing-masing asyik di dalam ”Istana” mereka.
    Sebaliknya rumah yang terlalu sempit, misalnya kurang dari 50 m2 cenderung membuat penghuninya tidak betah di rumah sehingga akhirnya banyak menghabiskan waktunya mengobrol/gosip dengan para tetangganya.
    Luas rumah yang ideal (pertengahan) adalah sekitar 100-200 m2.


    Jangan Membangun Rumah Megah
    Dalam membangun rumah, janganlah terlalu mewah sehingga jadi bermegah-megahan. Ini tidak disukai Allah dan merupakan satu sifat dari orang-orang yang buruk di akhir zaman.
    ”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”
    [At Takaatsur:1]

    Ketika ditanya tanda-tanda hari kiamat Nabi menjawab: ”Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung”
    [HR Muslim]

    Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba dengan bangunan-bangunan yang megah.
    (HR. Bukhari)

    Jangan membangun rumah yang terlampau tinggi (misalnya sampai 4 tingkat) sehingga akhirnya tetangga tidak mendapat sinar matahari atau angin.
    Ketika ditanya tanda-tanda hari kiamat Nabi menjawab: “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” [HR Muslim]

    Buatlah Rumah yang Baik

    “…menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…”
    [Al A’raaf:157]
    Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”
    [Al Maa-idah:100]

    Rumah yang baik adalah rumah yang sehat. Yaitu jendelanya cukup sehingga sinar matahari bisa masuk dan tidak lembab. Ini juga bisa menghemat listrik karena siang hari tak perlu menyalakan lampu. Selain itu ventilasinya juga harus baik sehingga udara segar bisa masuk ke dalam rumah. Jarak antara lantai dan atap sebaiknya agak tinggi (minimal 2,5 meter) sehingga tidak terlalu panas.

    Rumah juga harus kuat dan aman. Misalnya dengan menggunakan beton bertulang, rumah jadi lebih aman jika misalnya terjadi gempa. Jika menggunakan kayu, pilih kayu yang kuat serta beri anti rayap sehingga tidak mudah kropos. Harus diperhatikan apakah rumah tersebut rawan dari kebakaran atau tidak.

    Sebaiknya rumah minimal terdiri dari 3 kamar. Satu untuk suami-istri, satu untuk anak laki-laki, dan satu lagi untuk anak perempuan. Banyak kasus incest terjadi karena kamarnya hanya satu sehingga pria-wanita bercampur.
    Hendaknya aurat dari lawan jenis (kecuali suami-istri) terpelihara dengan pembagian kamar yang baik.

    ”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu”
    [An Nuur:58]

    Buatlah Rumah yang Indah

    Allah senang keindahan. Manusia pun banyak yang suka akan keindahan. Oleh karena itu buatlah rumah yang indah. Tapi ingat, keindahan tidak sama dengan kemewahan atau kemegahan
    Sesungguhnya Allah indah dan senang kepada keindahan. Bila seorang ke luar untuk menemui kawan-kawannya hendaklah merapikan dirinya.
    (HR. Al-Baihaqi)

    Rumah Harus Bermanfaat atau Fungsional
    Selain indah setiap bagian rumah juga harus bermanfaat/fungsional. Jadi tidak hanya sekedar estetis tapi tidak bermanfaat.
    Dari Abu Hurairoh ra, dia berkata: “Rosululloh SAW bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

    WC Jangan Mengarah/Membelakangi Kiblat

    Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.:
    Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila engkau ke WC, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.
    (Shahih Muslim No.388)

    Usahakan agar rumah anda mengarah ke kiblat. Jika tidak, sebaiknya tempat shalat anda tidak mengarah ke WC.
    Usahakan di rumah ada shower atau kran air, sehingga anda bisa mandi/wudlu dengan lebih sempurna dengan air yang mengalir.
    Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah seseorang di antara kamu mandi dalam air yang tergenang (tidak mengalir) ketika dalam keadaan junub.”
    Dikeluarkan oleh Muslim.

    Sebaiknya tempat wudlu dipisah dari WC sehingga anda leluasa membaca doa sebelum atau sesudah wudlu.

    Rumah Harus Bersih

    Rumah yang kotor tidak sehat. Karena akan mengundang berbagai penyakit. Oleh karena itu rumah harus bersih dan mudah dibersihkan.
    Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru orang-orang Yahudi.
    (HR. Tirmidzi)

    Penjelasan:
    Orang-orang Yahudi suka menumpuk sampah di halaman rumah.
    Jangan Menaruh Patung di dalam Rumah
    Umar berkata, “Kami tidak memasuki gereja-gerejamu karena patung-patung dan gambarnya itu.”
    [HR Bukhari]

    Ibnu Abbas shalat di dalam biara (tempat ibadah agama lain) kecuali biara yang ada patung di dalamnya.
    [HR Bukhari]

    Jangan Memelihara Anjing

    Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa memiliki anjing selain anjing penjaga ternak dan anjing pemburu maka setiap hari pahala amalnya berkurang dua qirath.
    (Shahih Muslim No.2940)

    Peliharalah Anak Yatim

    Jika anda berkelebihan, asuhlah anak yatim dan perlakukanlah dengan baik.
    Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk. (HR. Ibnu Majah)

    Tanamlah Pohon agar Teduh dan Sejuk
    Tanamlah pohon di rumah anda sehingga rumah anda teduh dan mendapat udara segar dari oksigen yang dikeluarkan pohon tersebut. Kenyamanan naungan pohon ini digambarkan Allah sebagai berikut:
    “Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.”
    [Al Insaan:14]

    Jika rumah anda luas mungkin anda bisa menanam pohon besar yang kuat seperti pohon asem. Jika sedang, bisa menanam pohon ukuran sedang seperti rambutan atau mangga. Hindari pohon besar yang rapuh dan berbahaya seperti pohon angsana. Banyak korban jiwa karena tertimpa pohon tersebut ketika terjadi badai/angin kencang.

    Sumber Pena : media-islam.or.id

    Do'a Rasulullah

    Doa Rasulullah
    Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang banyak berdoa, memohon dan menunjukkan ketergantungan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Beliau sangat menyukai kalimat-kalimat yang ringkas namun sarat makna dan juga menyukai ucapan-ucapan doa. Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari daya dan upaya makhluk. Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala.Dan doa Rasulullah lah yang terbaik


    Disamping itu terkandung juga sifat penyantun dan pemurah bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
    “Doa itu adalah ibadah”
    (HR: Tirmidzi)

    Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, yang artinya:
    “Ya Alloh, tolonglah daku dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan.”
    (HR: Muslim)

    Di antara doa Rasulullah adalah yang artinya :
    “Ya Alloh, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Ya Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan bala tentaranya, atau aku melakukan kejahatan terhadap diriku atau yang aku tujukan kepada seorang muslim lain.” ( HR Abu Daud)

    Demikian pula doa berikut ini:
    “Ya Alloh, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram, perkayalah aku dengan karunia-Mu (supaya aku tidak meminta) kepada selain-Mu.”
    (HR: At-Tirmidzi)

    Di antara permohonan beliau kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya:
    “Ya Alloh, ampunilah dosaku, curahkanlah rahmat-Mu kepadaku dan temukanlah aku dengan teman yang tinggi derajatnya.” (Muttafaq ‘alaih)

    Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa memohon kepada Rabb Subhanahu wa Ta’ala baik pada waktu lapang maupun pada saat sempit. Pada peperangan Badar, beliau berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala hingga jatuh selendang beliau dari kedua pundaknya, memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar menurunkan pertolongan bagi kaum muslimin dan menjatuhkan kekalahan atas kaum musyrikin. Beliau sering berdoa untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan ahli bait beliau, untuk sahabat-sahabat beliau bahkan untuk segenap kaum muslimin.

    http://www.mediamuslim.info

    Tata Cara Perkawinan dalam Islam

    Tata Cara Perkawinan dalam Islam
    Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Termasuk tata cara perkawinan Islam yang begitu agung nan penuh nuansa. Dan Islam mengajak untuk meninggalkan tradisi-tradisi masa lalu yang penuh dengan upacara-upacara dan adat istiadat yang berkepanjangan dan melelahkan serta bertentangan dengan syariat Islam.

    tata cara perkawinan dalam islam, cara perkawinan dalam Islam,Perkawinan dalam islam,Kompilasi Pena

    Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih. Dalam kesempatan kali ini redaksi berupaya menyajikannya secara singkat dan seperlunya. Adapun Tata Cara atau Runtutan Perkawinan Dalam Islam adalah sebagai berikut:

    I. Khitbah (Peminangan)
    Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Muttafaq ‘alaihi).
    Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang (HR: [shahih] Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093 dan Darimi).

    II. Aqad Nikah
    Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
    1. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
    2. Adanya Ijab Qabul.
    3. Adanya Mahar.
    4. Adanya Wali.
    5. Adanya Saksi-saksi.
    Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat.

    III. Walimah
    Walimatul ‘urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang orang-orang miskin. Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan itu sejelek-jelek makanan.

    Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya:
    “Makanan paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”.
    (HR: [shahih] Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu Hurairah).
    Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin, karena ada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya:
    “Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang taqwa”.
    (HR: [shahih] Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim 4:128 dan Ahmad 3:38 dari Abu Sa’id Al-Khudri).
    Sumber Rujukan: Berbagai Sumber dari Al-Qur’an dan As Sunnah serta Kitab-Kitab Hadits
    http://www.mediamuslim.info

    8 Cara Untuk Belajar Ikhlas

    Cara Belajar Ikhlas Amal yang kita lakukan akan diterima Allah jika memenuhi dua rukun. Pertama, amal itu harus didasari oleh keikhlasan dan niat yang murni yaitu hanya mengharap keridhaan Allah swt. Kedua, amal perbuatan yang kita lakukan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw.

    Syarat pertama menyangkut masalah batin
    Niat ikhlas artinya saat melakukan amal perbuatan, batin kita harus benar-benar bersih.
    Rasulullah saw. bersabda, “Innamal a’maalu bin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.”(Bukhari dan Muslim)

    Berdasarkan hadits itu, maka diterima atau tidaknya suatu amal perbuatan yang kita lakukan oleh Allah swt. sangat bergantung pada niat kita.

    Sedangkan syarat yang kedua, harus sesuai dengan syariat Islam.
    Syarat ini menyangkut segi lahiriah.
    Nabi saw. berkata,
    “Man ‘amala ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (Muslim)

    Tentang dua syarat tersebut, Allah swt. menerangkannya di sejumlah ayat dalam Alquran. Di antaranya dua ayat ini.
    “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh….” (Luqman: 22)

    “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa: 125)

    Yang dimaksud dengan “menyerahkan diri kepada Allah” di dua ayat di atas adalah mengikhlaskan niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan “mengerjakan kebaikan” di dalam ayat itu ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah saw.

    Fudhail bin Iyadh pernah memberi komentar tentang ayat 2 surat Al-Mulk, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Menurutnya, maksud “yang lebih baik amalnya” adalah amal yang didasari keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Nabi saw.

    Seseorang bertanya kepadanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang ikhlas dan benar itu?” Fudhail menjawab, “Sesungguhnya amal yang dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima oleh Allah swt. Sebaliknya, amal yang benar tetapi tidak dilandasi keikhlasan juga tidak diterima oleh Allah swt.

    Amal perbuatan itu baru bisa diterima Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan dengan benar. Yang dimaksud ‘ikhlas’ adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata karena Allah, dan yang dimaksud ‘benar’ adalah amal perbuatan itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.”

    Setelah itu Fudhail bin Iyad membacakan surat Al-Kahfi ayat 110,
    “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

    Jadi, niat yang ikhlas saja belum menjamin amal kita diterima oleh Allah swt., jika dilakukan tidak sesuai dengan apa yang digariskan syariat. Begitu juga dengan perbuatan mulia, tidak diterima jika dilakukan dengan tujuan tidak mencari keridhaan Allah swt.

    Cara Belajar Untuk Ikhlas

    Berikut adalah cara belajar ikhlas :

    Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah:

    1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas.
    Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata :
    “Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan.”
    Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.

    Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung ornag lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”

    Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah). Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para nabi dan orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular.

    Yang dilarang adalah meminta nama kita dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.

    2. Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan
    Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.

    Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: “Dan orang-ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah ‘Azza wa jalla? Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah, sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.”
    (Ahmad).

    3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
    Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.

    Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda :
    ‘Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita.”(Ibnu Majah dan Baihaqi)
    4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
    Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”

    Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.

    5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia
    Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt.

    Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.

    6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah karena Allah
    Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda.
    Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu.
    “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.”(At-Taubah: 58)

    7. Keikhlasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan
    Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji.

    Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.

    Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”

    8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan
    Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita.

    Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya.

    Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.

    Sumber : http://www.dakwatuna.com