Tawakkal Kepada Allah
Tawakkal adalah kedudukan yang mulia dan juga mempunyai pengaruh yang besar pada diri seoranf muslim. Bahkan tawakal termasuk bagian dari kewajiban iman yang paling besar, merupakan amalan yang utama, suatu bentuk ibadah yang mendekatkan diri pelakunya kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, dan kedudukan paling tinggi dalam mengesakan Allah Ta'ala. Sesungguhnya semua urusan tidak dapat diraih, kecuali dengan rasa tawakal kepada Allah dan senantiasa memohon pertolonganNya dalam segala hal aspek kehidupan.
Pengertian tawakal adalah bahwasannya tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti :" menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan.: Ini adalah definisi tawakal dan makna tawakal berdasarkan arti dari segi bahasa.(Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Imam Imam Ahmad bin Hambal mendefinisikan arti serta makna tawakkal ini adalah sebagai aktivitas hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337).
Hakikat tawakkal kepada Allah adalah merupakan bentuk dari penyandaran hati kepada Allah. Ini adalah puncak perwujudan tauhid dan akumulasi keimanan pada dir seorang mukmin. Tingkat perwujudan yang tertinggi adalah dengan mewujudkan sikap tawakal dengan jujur. Tawakal adalah akumulasi keimanan. Tetapi mengupayakan sebab-sebab, tidak menodai tawakal, tidak juga bertentangan dengannya, bahkan tindakan ini adalah bagian dari tawakkal itu sendiri.
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT.
Beberapa dalil Al-Qur'an yang berkaitan dengan tawakal hanya kepada Allah disebutkan antara lain dalam :
Hadist yang berkaitan dengan sikap tawakal ini salah satunya adalah hadist yang berasal dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki, dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Seorang muslim memandang tawakal kepada Allah dalam semua pekerjaannya bukan hanya sebagai kewajiban semata, melainkan juga sebagai fardhu agama yang tidak hanya berkaitan dengan urusan agama, tetapi juga urusan duniawi termasuk berada di dalamnya. Dengan kata lain, tawakal tidak hanya berkaitan dengan urusan duniawi dan mencari rezeki semata, tetapi diharuskan pula dalam segala masalah yang berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT.
Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya Allah rizkinya akan Allah cukupi.
Barangsiapa yang ber-tawakal kepada Allah, Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya. Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, niscaya Allah akan menyelamatkannya. Barangsiapa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya petunjuk.
Janganlah kita meninggalkan shalat, dengan dalih sedang sibuk menjalankan pekerjaan kita, dan beralasan bahwa bekerja juga ibadah. Ibadah apa? Jangan kita katakan, kita pergi ke luar negeri hanya untuk memenuhi rezeki anak-anak kita. Kemudian, jika kita menemukan pekerjaan haram atau harta yang haram jiwa kita berhasrat menguasainya. Tidak...! Sesungguhnya yang memberi rezeki hanyalah Allah. Janganlah kita mengabaikan kewajiban Allah ataupun hakNya.
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena inilah arti tawakal dalam Islam. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksimal. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.
Pengertian tawakal adalah bahwasannya tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti :" menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan.: Ini adalah definisi tawakal dan makna tawakal berdasarkan arti dari segi bahasa.(Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Imam Imam Ahmad bin Hambal mendefinisikan arti serta makna tawakkal ini adalah sebagai aktivitas hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337).
Hakikat tawakkal kepada Allah adalah merupakan bentuk dari penyandaran hati kepada Allah. Ini adalah puncak perwujudan tauhid dan akumulasi keimanan pada dir seorang mukmin. Tingkat perwujudan yang tertinggi adalah dengan mewujudkan sikap tawakal dengan jujur. Tawakal adalah akumulasi keimanan. Tetapi mengupayakan sebab-sebab, tidak menodai tawakal, tidak juga bertentangan dengannya, bahkan tindakan ini adalah bagian dari tawakkal itu sendiri.
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT.
Beberapa dalil Al-Qur'an yang berkaitan dengan tawakal hanya kepada Allah disebutkan antara lain dalam :
"Dan bertawakalah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya...( QS. Al-Furqan (25) : 58 ).
"Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata."( QS. An-Naml (27) : 79 ).
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal,jika kamu benar-benar orang yang beriman."( QS. Al-Maaidah (5) : 23 ).
Hadist yang berkaitan dengan sikap tawakal ini salah satunya adalah hadist yang berasal dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki, dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Seorang muslim memandang tawakal kepada Allah dalam semua pekerjaannya bukan hanya sebagai kewajiban semata, melainkan juga sebagai fardhu agama yang tidak hanya berkaitan dengan urusan agama, tetapi juga urusan duniawi termasuk berada di dalamnya. Dengan kata lain, tawakal tidak hanya berkaitan dengan urusan duniawi dan mencari rezeki semata, tetapi diharuskan pula dalam segala masalah yang berhubungan dengan beribadah kepada Allah SWT.
Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya Allah rizkinya akan Allah cukupi.
Barangsiapa yang ber-tawakal kepada Allah, Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya. Barangsiapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, niscaya Allah akan menyelamatkannya. Barangsiapa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya petunjuk.
Janganlah kita meninggalkan shalat, dengan dalih sedang sibuk menjalankan pekerjaan kita, dan beralasan bahwa bekerja juga ibadah. Ibadah apa? Jangan kita katakan, kita pergi ke luar negeri hanya untuk memenuhi rezeki anak-anak kita. Kemudian, jika kita menemukan pekerjaan haram atau harta yang haram jiwa kita berhasrat menguasainya. Tidak...! Sesungguhnya yang memberi rezeki hanyalah Allah. Janganlah kita mengabaikan kewajiban Allah ataupun hakNya.
Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena inilah arti tawakal dalam Islam. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksimal. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.
0 komentar:
Post a Comment