Akibat Perbuatan Maksiat
Perbuatan maksiat akan memberikan banyak dampak efek negatif bagi para pelakunya. Sumber maksiat salah satunya adalah marah. Karena oleh sebab kemarahan inilahakan bisa mengakibatkan permusuhan yang lebih parahnya bisa berujung pada perbuatan dosa besar lainnya yaitu pembunuhan. Telah kita ketahui bersama bahwa dosa besar yang pertama kali dilakukan manusia di bumi adalah pembunuhan (kisah putra nabi adam qabil dan habil). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mewanti-wanti tentang amarah ini. Untuk itulah perlunya kita bersama mengenal akan akibat dampak berbuat maksiat ini sehingga kita bisa menghindarinya bersama dan juga menjauhi akan segala hal yang berbau kemaksiatan.
Mungkin ada sebagian orang ragu dan menanamkan keraguan pada orang lain tentang masalah maksiat-maksiat merupakan sebab timbulnya musibah dan bencana. Hal ini karena kelemahan iman dan kurangnya mereka merenungkan kandungan isi Al-Qur’an. Sesungguhnya kemaksiatan sangat mempengaruhi keamanan negara, sangat berpengaruh terhadap ketentraman bangsa dan perekonomiannya, serta mempengaruhi hati-hati rakyat. Meskipun berbagai kemaksiatan terpampang di depan mata dengan berbagai macam dan raga, jika kita bersama-sama dalam hal saling bahu membahu mencegahnya sesuai dengan kemampuan kita, insya Allah semuanya akan sirna dan barakah akan diturunkan ke muka bumi.
Inilah salah satu yang bisa diakibatkan oleh karena perbuatan maksiat adalah hati kita menjadi tidak tenang, gundah gulana dan pada akhirnya akan menutup hati kita. Sebuah hadist yang menjadi dalil berbahayanya perbuatan maksiat adalah sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : "Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (HR Tarmidzi).
Maka pentingnya kita juga untuk mengenal akan keutamaan dan hikmah istighfar untuk bisa menghilangkan noda-noda hitam di dalam hati kita semuanya. Istighfar (memohon ampun) atas segala dosa dan kesalahan-kesalahan kita. Memperbanyak istighfar ketika kita telah berbuat dosa. Seorang muslim bila telah berbuat dosa dan aniaya, maka ia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. Dosa berbuat maksiat akan semakin menjauhkan diri kita terhadap kebaikan-kebaikan dan amal sholeh.
Berikut ini adalah beberapa hal yang berhubungan dengan akibat berbuat maksiat dan pengaruhnya terhadap diri seorang manusia yaitu :
Menghalangi Masuknya Ilmu.
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi ketahuilah, kemaksiatan dalam hati kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Kita nukilkan perkataan Imam Malik terhadap Imam Syafi’i berkaitan dengan hapalan Al-Qur'an dan hubungannya dengan perbuatan kemaksiatan yaitu :"Imam Malik berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat".
Maksiat Menghalangi Rejeki.
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran. Rasulullah saw. pernah bersabda, "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya." (HR. Ahmad) Untuk itulah, kita harus meyakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita merasakan betapa sulitnya mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa kita dengan debu-debu maksiat. Dan sebaliknya dosa akan menjadi sala satu penyebab sulitnya kita mendapatkan rejeki yang halal tentunya.
Perbuatan Dosa Maksiat Menghalangi Untuk Berbuat Taat.
Orang yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat maksiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berkepanjangan. Sakit itu menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik. Begitulah. Jika kita hobi untuk berbuat masiat, kita akan terhalang untuk berbuat taat kepada Allah dan RasulNya.
Membuat Persoalan Menjadi Sulit.
Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan jalan keluar dari setiap dan juga dari segala urusannya. Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempesulit segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.”
Menghilangkan Rasa Malu.
Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk dan bisa memberikan banyak efek negatif dan mudharat kepada pelakunya. Tidak ada lagi rasa malu melakukannya. Bahkan, dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail semua maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya. Padahal dosa itu demikian besar di mata Allah swt. Kita berlindung kepada Allah dari hal sedemikian aamiin.
Mungkin ada sebagian orang ragu dan menanamkan keraguan pada orang lain tentang masalah maksiat-maksiat merupakan sebab timbulnya musibah dan bencana. Hal ini karena kelemahan iman dan kurangnya mereka merenungkan kandungan isi Al-Qur’an. Sesungguhnya kemaksiatan sangat mempengaruhi keamanan negara, sangat berpengaruh terhadap ketentraman bangsa dan perekonomiannya, serta mempengaruhi hati-hati rakyat. Meskipun berbagai kemaksiatan terpampang di depan mata dengan berbagai macam dan raga, jika kita bersama-sama dalam hal saling bahu membahu mencegahnya sesuai dengan kemampuan kita, insya Allah semuanya akan sirna dan barakah akan diturunkan ke muka bumi.
Inilah salah satu yang bisa diakibatkan oleh karena perbuatan maksiat adalah hati kita menjadi tidak tenang, gundah gulana dan pada akhirnya akan menutup hati kita. Sebuah hadist yang menjadi dalil berbahayanya perbuatan maksiat adalah sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : "Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (HR Tarmidzi).
Maka pentingnya kita juga untuk mengenal akan keutamaan dan hikmah istighfar untuk bisa menghilangkan noda-noda hitam di dalam hati kita semuanya. Istighfar (memohon ampun) atas segala dosa dan kesalahan-kesalahan kita. Memperbanyak istighfar ketika kita telah berbuat dosa. Seorang muslim bila telah berbuat dosa dan aniaya, maka ia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. Dosa berbuat maksiat akan semakin menjauhkan diri kita terhadap kebaikan-kebaikan dan amal sholeh.
Berikut ini adalah beberapa hal yang berhubungan dengan akibat berbuat maksiat dan pengaruhnya terhadap diri seorang manusia yaitu :
Menghalangi Masuknya Ilmu.
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi ketahuilah, kemaksiatan dalam hati kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Kita nukilkan perkataan Imam Malik terhadap Imam Syafi’i berkaitan dengan hapalan Al-Qur'an dan hubungannya dengan perbuatan kemaksiatan yaitu :"Imam Malik berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat".
Maksiat Menghalangi Rejeki.
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan berarti menimbulkan kefakiran. Rasulullah saw. pernah bersabda, "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya." (HR. Ahmad) Untuk itulah, kita harus meyakini bahwa takwa adalah penyebab yang akan mendatangkan rezeki dan memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita merasakan betapa sulitnya mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa kita dengan debu-debu maksiat. Dan sebaliknya dosa akan menjadi sala satu penyebab sulitnya kita mendapatkan rejeki yang halal tentunya.
Perbuatan Dosa Maksiat Menghalangi Untuk Berbuat Taat.
Orang yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat maksiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berkepanjangan. Sakit itu menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik. Begitulah. Jika kita hobi untuk berbuat masiat, kita akan terhalang untuk berbuat taat kepada Allah dan RasulNya.
Membuat Persoalan Menjadi Sulit.
Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan jalan keluar dari setiap dan juga dari segala urusannya. Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempesulit segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.”
Menghilangkan Rasa Malu.
Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk dan bisa memberikan banyak efek negatif dan mudharat kepada pelakunya. Tidak ada lagi rasa malu melakukannya. Bahkan, dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail semua maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya. Padahal dosa itu demikian besar di mata Allah swt. Kita berlindung kepada Allah dari hal sedemikian aamiin.
bagaimana cara mengatasi itu semua?
ReplyDeletemelewatinya