Kompilasi Pena

Rencana kenaikan Harga Elpiji 12 KG

Pemerintah Dan Pertamina berencana menaikkan harga gas LPG elpiji 12 kilogram setelah beberapa waktu yang lalu pemerintah juga telah menaikkan Harga Tarif Dasar Listrik TDL di bulan Juli 2014 kemarin. Tentunya hal ini akan semakin memberatkan ekonomi rakyat kecil nantinya bila benar-benar harga LPG dinaikkan oleh Pemerintah di tahun 2014 ini.

Anggota Komite Badan Pengaturan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim mengatakan, penyebab kenaikan elpiji 12 kg memang tak terhindarkan. Pasalnya, komposisi bahan baku yang harus diimpor semakin besar. Sedangkan, produk elpiji 12 kg diperuntukkan konsumen mampu.

Rencana Kenaikan Harga Elpiji 12 KG

Rencananya Pertamina menaikkan harga jual elpiji 12 kilogram mulai 1 Januari 2015, sebesar Rp 2.000 per kilogram atau Rp 24.000 per tabung. Jika kebijakan tersebut benar-benar dilaksanakan maka harga gas elpiji 12 kilogram akan naik dari Rp 94.000 jadi Rp 118.000 per tabung. Harga tersebut lebih mahal Rp 3.000 dari harga jual Bright Gas 12 kilogram Rp 115.000 per tabung.

Dampak Kenaikan Elpiji 12 kg


Dampak akibat pemerintah menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram ini tentunya akan dirasakan oleh masyarakat, terutama rakyat kecil. Harga barang-barang kebutuhan pokok tentunya juga akan terkena imbasnya dengan naiknya harga elpiji ini. Belum lagi dengan ketentuan pembatasan BBM bersubsidi sepert halnya pembatasan penjualan solar bersubsidi juga baru juga dilakukan oleh pemerintah belum lama ini.

Sejauh ini, PT Pertamina sudah melayangkan surat pengajuan kenaikan produk non subsidi tersebut kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung. Saat ini surat tersebut masih digodog oleh Kementerian. Sebelumnya, pada Januari lalu PT Pertamina telah menaikkan harga elpiji 12 kilogram mencapai Rp 3.959 per kilogram. Namun direvisi kembali sebesar Rp 1.000 per kilogram.

Beralihnya masyarakat untuk membeli tabung gas elpiji 3 kg dari 12 kg juga tentunya akan bisa saja terjadi. Karena memang banyaknya perbedaan antara harga elpiji 3 kg ini dengan harga jual LPG 12 kg. Sehingga kelangkaan tabung LPG 3 kg juga akan bisa sangat terjadi di masyarakat nantinya.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengaku cukup khawatir terhadap dampak kenaikan elpiji 12 kg. Pasalnya, hal tersebut bisa menimbulkan anomali harga yang jauh berbeda dengan produk sama. Walhasil, ada potensi besar konsumen yang seharusnya mengonsumsi elpiji nonsubsidi bermigrasi ke elpiji 3 kg.

“Kalau menurut saya, sebelum diterapkan harga baru, pemerintah harus bisa membereskan soal tata niaga elpiji 3 kg. Kalau bisa sistem perdagangan terbuka ini ditutup untuk elpiji 3 kg. Kalau tidak, bisa-bisa masyarakat yang membutuhkan kesulitan mendapatkan pasokan. Karena harus berebut dengan orang yang migrasi,” jelasnya.

Sulit dibantah pula bahwa kenaikan dan kelangkaan elpiji 12 kg yang terjadi di masyarakat merupakan dampak awal dari rencana kenaikan yang sedang digagas Pemerintah. Kita seringkali kurang mampu mengantisipasi dan mencegah gejolak harga di pasaran saat sebuah kebijakan (energi) akan diberlakukan, sehingga pola penimbunan gas elpiji 12 kg dan 3 kg terus terjadi menjelang kenaikan.

Akibat rencana kenaikan elpiji 12 kg juga terjadi kelangkaan stok persediaan di berbagai daerah di level distributor dan agen. Karenanya perlu ada sistem monitoring yang akurat dengan strategi distribusi yang tepat sasaran, karena disisi lain kelangkaan terjadi diprediksi akibat adanya agen dan distributor yang nakal dengan melakukan penimbunan untuk mengambil keuntungan sepihak.

Penyebab Kenaikan Harga Elpiji 12 Kg

Penyebab Kenaikan Harga Elpiji 12 Kg

Hal-hal yang menyebabkan harga jual lpg 12 kg naik ini salah satunya adalah oleh karena Biaya produksi gas sangat mahal. Kebutuhan Indonesia akan gas per tahunnya mencapai 4,3 juta ton. Sedangkan produksi gas dalam negeri hanya 1,3 juta ton. Sehingga, Indonesia harus mengimpor gas yang menambah biaya. Kenaikan LPG Pertamina mengajukan, tapi memang impor gas kita tiap tahun mencapai 3,1 - 3,2 juta ton.

Impor gas paling tidak, Pertamina menggelontorkan dana USD 3 miliar per tahun, untuk setiap, 1 ton gas impor dana yang digelontorkan USD 1.000. Sehingga dengan kondisi dan keadaan semacam ini Kementrian ESDM tidak mempermasalahkan Pertamina menaikkan harga gas.

Dari keterangan Vice President LPG and Gas Product Pertamina, Gigih Wahyu Irianto, pihaknya tetap merugi akibat pelemahan kurs. Mayoritas bahan baku elpiji yang dibeli mengacu pada Contract Price Aramco. Alhasil, penaikan harga awal tahun ini sebesar Rp 1.000 per kilogram tidak memadai, dan Pertamina merugi Rp 6 triliun.

0 komentar:

Post a Comment